Penerimaan diri adalah konsep penting dalam kehidupan yang menjadi landasan rasa percaya diri seseorang. Dalam proses ini, individu belajar untuk menghargai, memahami, dan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki tanpa syarat. Penerimaan diri memungkinkan seseorang untuk melepaskan tekanan dari standar eksternal.
Ni Made Wantiani merupakan mahasiswi Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Bali. Tidak hanya dikenal sebagai mahasiswi yang berprestasi dalam akademik, tetapi juga sebagai seorang seniman yang mencurahkan dedikasi dan cintanya pada seni pertunjukan, khususnya monolog. Kesuksesannya dalam memenangkan medali emas pada lomba monolog di Malang tahun 2024 menjadi bukti nyata dari hasil kerja keras dan proses panjang yang ia lalui. Di balik kemenangan ini, Wantiani menekankan pentingnya penerimaan diri sebagai fondasi yang kuat dalam mencapai kesuksesan.
Menurut Wantiani, ketika seseorang telah menerima dirinya dengan baik, ia tidak lagi bergantung pada penilaian orang lain untuk merasa berharga. Rasa percaya diri tumbuh dari keyakinan bahwa apa yang dimiliki baik itu potensi, kekurangan, maupun kelebihan adalah bagian dari proses menjadi individu yang utuh dan berkembang.
Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam mendukung penerimaan diri seseorang. Dukungan dari keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan membantu individu melihat diri mereka secara positif. Sebaliknya, tekanan berlebihan dari keluarga yang menuntut kesuksesan tanpa memahami batasan justru menekan individu dan merusak proses penerimaan diri. Lingkungan pertemanan juga memberikan dampak yang signifikan. Tantangan muncul ketika individu berada dalam lingkungan yang toxic, di mana tekanan untuk mengikuti perilaku negatif yang merugikan dapat memengaruhi stabilitas emosi dan penerimaan diri.
Media sosial dengan segala pengaruhnya sering kali menjadi sumber tekanan yang besar. Standar kecantikan dan kesuksesan yang dibentuk oleh media sosial membuat banyak orang merasa tidak cukup baik. Namun, bagi mereka yang telah menerima diri sendiri, standar-standar ini tidak lagi menjadi masalah besar. Mereka melihat media sosial dengan perspektif yang lebih sehat dan merasa tidak perlu mencari validasi dari orang lain. Fokus pada apa yang membuat mereka merasa baik tentang diri sendiri, bukan pada apa yang dianggap ideal oleh orang lain.
Kritik dari orang lain sering kali menjadi tantangan dalam menjaga rasa percaya diri. Namun, sebuah kritikan juga bisa menjadi alat yang membangun jika disikapi dengan bijaksana. Menurut Wantiani, kritik yang membangun dapat menjadi pijakan untuk memperbaiki diri, sementara kritik yang hanya bertujuan untuk menjatuhkan harus diabaikan. “Kritik membangun adalah pijakan untuk memperbaiki diri, sedangkan kritik yang hanya bertujuan menjatuhkan lebih baik diabaikan saja”.
Untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan diri dan pengembangan diri, Wantiani menyarankan pentingnya melakukan evaluasi diri secara rutin. Menetapkan tujuan yang jelas dan melakukan evaluasi berkala membantu individu untuk tetap berada di jalur yang benar dalam pengembangan diri tanpa kehilangan esensi dari penerimaan diri. Proses ini melibatkan pengasahan kelebihan yang dimiliki serta mencari solusi atas kekurangan, sambil tetap menyadari bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan akhir.
“Menemukan passion sejati bukanlah perjalanan lurus, tapi petualangan penuh kejutan...
Di tengah dinamika kehidupan sosial, anak-anak dengan kebutuhan khusus atau...
Seiring perkembangan zaman, standar sosial telah menjadi bagian dari kehidupan...
Penerimaan diri adalah konsep penting dalam kehidupan yang menjadi landasan...
Sebagai mahasiswa, hampir seluruh kegiatan yang kita lakukan akan selalu...
Politeknik Negeri Bali (PNB) kembali menyelenggarakan papermob setelah lima tahun...
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Reduce, Reuse, Recycle (3R) yang berlokasi...
Menjadi mahasiswa bukanlah tugas mudah. Di balik semua prestasi akademik,...
Penerimaan diri adalah konsep penting dalam kehidupan yang menjadi landasan rasa percaya diri seseorang. Dalam proses ini, individu belajar untuk menghargai, memahami, dan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki tanpa syarat. Penerimaan diri memungkinkan seseorang untuk melepaskan tekanan dari standar eksternal.
Ni Made Wantiani merupakan mahasiswi Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Bali. Tidak hanya dikenal sebagai mahasiswi yang berprestasi dalam akademik, tetapi juga sebagai seorang seniman yang mencurahkan dedikasi dan cintanya pada seni pertunjukan, khususnya monolog. Kesuksesannya dalam memenangkan medali emas pada lomba monolog di Malang tahun 2024 menjadi bukti nyata dari hasil kerja keras dan proses panjang yang ia lalui. Di balik kemenangan ini, Wantiani menekankan pentingnya penerimaan diri sebagai fondasi yang kuat dalam mencapai kesuksesan.
Menurut Wantiani, ketika seseorang telah menerima dirinya dengan baik, ia tidak lagi bergantung pada penilaian orang lain untuk merasa berharga. Rasa percaya diri tumbuh dari keyakinan bahwa apa yang dimiliki baik itu potensi, kekurangan, maupun kelebihan adalah bagian dari proses menjadi individu yang utuh dan berkembang.
Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam mendukung penerimaan diri seseorang. Dukungan dari keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan membantu individu melihat diri mereka secara positif. Sebaliknya, tekanan berlebihan dari keluarga yang menuntut kesuksesan tanpa memahami batasan justru menekan individu dan merusak proses penerimaan diri. Lingkungan pertemanan juga memberikan dampak yang signifikan. Tantangan muncul ketika individu berada dalam lingkungan yang toxic, di mana tekanan untuk mengikuti perilaku negatif yang merugikan dapat memengaruhi stabilitas emosi dan penerimaan diri.
Media sosial dengan segala pengaruhnya sering kali menjadi sumber tekanan yang besar. Standar kecantikan dan kesuksesan yang dibentuk oleh media sosial membuat banyak orang merasa tidak cukup baik. Namun, bagi mereka yang telah menerima diri sendiri, standar-standar ini tidak lagi menjadi masalah besar. Mereka melihat media sosial dengan perspektif yang lebih sehat dan merasa tidak perlu mencari validasi dari orang lain. Fokus pada apa yang membuat mereka merasa baik tentang diri sendiri, bukan pada apa yang dianggap ideal oleh orang lain.
Kritik dari orang lain sering kali menjadi tantangan dalam menjaga rasa percaya diri. Namun, sebuah kritikan juga bisa menjadi alat yang membangun jika disikapi dengan bijaksana. Menurut Wantiani, kritik yang membangun dapat menjadi pijakan untuk memperbaiki diri, sementara kritik yang hanya bertujuan untuk menjatuhkan harus diabaikan. “Kritik membangun adalah pijakan untuk memperbaiki diri, sedangkan kritik yang hanya bertujuan menjatuhkan lebih baik diabaikan saja”.
Untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan diri dan pengembangan diri, Wantiani menyarankan pentingnya melakukan evaluasi diri secara rutin. Menetapkan tujuan yang jelas dan melakukan evaluasi berkala membantu individu untuk tetap berada di jalur yang benar dalam pengembangan diri tanpa kehilangan esensi dari penerimaan diri. Proses ini melibatkan pengasahan kelebihan yang dimiliki serta mencari solusi atas kekurangan, sambil tetap menyadari bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan akhir.