E-Mandiri

Laporan Khusus

Memaknai Kehidupan dan Merangkai Kebahagiaan dengan Membebaskan Diri dari Jerat Standar Tak Berujung

02 Dec 2024

Seiring perkembangan zaman, standar sosial telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak lahir, individu dipengaruhi oleh harapan dari lingkungan sosial mereka, baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat luas. Di era modern, ditambah pesatnya perkembangan media sosial dan meningkatnya ekspektasi, tekanan untuk memenuhi standar tertentu semakin tinggi. Banyak orang merasa terjebak dalam usaha memenuhi harapan yang sering kali tidak realistis dan tidak sejalan dengan jati diri mereka. Tekanan ini berdampak negatif pada kesehatan mental, kebahagiaan, dan keseimbangan hidup.

Media sosial menjadi salah satu sumber utama terbentuknya standar yang tidak realistis. Platform ini dipenuhi dengan gambar-gambar kesuksesan, gaya hidup mewah, kecantikan fisik, dan kebahagiaan yang terlihat sempurna. Pengguna sering membandingkan hidup mereka dengan apa yang mereka lihat di layar, tanpa menyadari bahwa apa yang tampak di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan sepenuhnya. Akibatnya, muncul standar-standar yang sulit dicapai, terutama karena setiap individu memiliki latar belakang, kemampuan, dan prioritas yang berbeda. Selain media sosial, lingkungan sekitar juga berperan besar dalam menanamkan ekspektasi kepada individu. Tuntutan untuk meraih prestasi akademis, mendapatkan pekerjaan bergengsi, atau memiliki kehidupan keluarga yang ideal sering kali menjadi beban tersendiri. Banyak individu merasa perlu memenuhi harapan orang tua, pasangan, atau masyarakat agar merasa diterima dan dihargai.

Di era digital yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam pusaran standar sosial yang tak berujung. Namun, di balik fenomena ini, terdapat kisah-kisah inspiratif yang mengajak kita kembali kepada diri sendiri. Salah satunya adalah kisah Ni Luh Putu Pradivta Yogeswari, seorang mahasiswi Program Studi Bisnis Digital Politeknik Negeri Bali yang berprestasi dan memiliki banyak pengalaman inspiratif. Pradivta atau akrab dipanggil Tata, adalah salah satu penerima penghargaan Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) Vocational 2024 di Technische Universität Dresden Germany. Tata dulunya aktif sebagai podcaster di “Berkaca podcast” pada platform YouTube @PoliteknikNegeriBali dan pengisi acara dalam berbagai event sebagai penyanyi. Berkat kegigihannya, Tata berhasil membuktikan bahwa ia dapat menjadi pribadi yang unggul dan membawa nama baik program studinya melalui berbagai pencapaiannya.

Kunci kebahagiaan Tata terletak pada penerimaan diri. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik. “Tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Yang penting adalah kita terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri,” tegasnya. Selain itu, Tata juga menekankan pentingnya rasa syukur atas apa yang dimiliki. “Dengan bersyukur, kita akan merasa lebih bahagia dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekitar kita,” tambahnya.

 

Tata juga berpesan kepada siapa pun yang mungkin merasa tertekan, depresi, atau mengalami masalah mental untuk mengalihkan fokus pada hal-hal positif. “Coba afirmasi diri bahwa kamu itu berharga dan kamu itu bahagia. Perlahan, kamu bersyukur pada apa yang kamu miliki. Kadang kita terlalu melihat ke atas dan tidak menyadari apa yang ada di bawah kita. Jika kamu mulai melihat di sekitar, tidak semua orang bisa seberuntung kamu. Kamu akan merasa lebih bersyukur, lebih bahagia, dan perlahan-lahan bangga pada diri sendiri,” jelasnya. Menurutnya, ketika seseorang mencapai titik dimana ia bangga pada diri sendiri, merasa bahagia, dan merasa segalanya baik-baik saja, maka ia akan berusaha mengembangkan diri menjadi versi terbaik dirinya. Tekanan atau masalah mental itu sebenarnya datang dari dalam diri kita sendiri, bukan hanya dari orang lain. Kisah Tata mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hasil mengikuti standar sosial yang ada, melainkan dari menghargai diri sendiri dan menjalani hidup sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi. Jadi, mulailah dari dirimu sendiri, dan niscaya perspektif orang lain terhadap diri kita pun akan berubah.

 

Daftar Komentar

Beri Komentar

*Email anda tidak akan kami tampilkan

UKM Jurnalistik @2022, All Right Reserved