E-Mandiri

Laporan Utama

Kompilasi Kisah 3B: Berani Bermimpi dan Beraksi Melampaui Bayang Keraguan

02 Dec 2024

“Menemukan passion sejati bukanlah perjalanan lurus, tapi petualangan penuh kejutan yang mengajak kita mendobrak batas comfort zone”

Di tengah riuhnya ekspektasi sosial dan keluarga, banyak anak muda masih kebingungan menemukan passion mereka. Seperti penari yang mencoba menemukan irama di panggung yang terlalu ramai, mereka kerap tersesat di antara berbagai suara yang membisikkan "seharusnya" dan "sebaiknya". Ada yang memimpikan panggung teater tetapi terpaksa duduk di belakang meja akuntan, ada yang ingin menjelajahi dunia fotografi namun terkurung di ruang meeting korporat, dan ada pula yang bermimpi menjadi penulis tetapi terjebak dalam rutinitas yang jauh dari kata-kata.

Bayang-bayang keraguan ini semakin pekat ketika media sosial tak henti memamerkan kesuksesan orang lain. Setiap scroll membawa cerita baru tentang teman sebaya yang sudah mencapai puncak karier, membangun startup, atau mendapatkan beasiswa prestisius. Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan yang datang terus menerus dari keluarga besar dalam setiap pertemuan semakin menambah beban mental.

Di tengah gelombang keraguan yang mencoba menenggelamkan mimpi-mimpi anak muda, muncul dua sosok inspiratif yang membuktikan bahwa keberanian melangkah bisa membuka gerbang menuju pencapaian luar biasa. Mereka adalah dua mahasiswi Politeknik Negeri Bali yang memilih untuk menantang arus dan mengukir jejak mereka sendiri dalam kanvas kehidupan. Perjalanan mereka menjadi mercusuar harapan, membuktikan bahwa di balik setiap bayang keraguan, selalu ada celah cahaya yang menunggu untuk diterobos.

Indaka Maulaika (19), sang atlet karate dari Program Studi D3 Perhotelan, memandang passion bukan sekadar kata yang menghiasi kamus motivasi. Baginya, passion adalah perpaduan sempurna antara potensi diri dan proses pencarian jati diri yang harus ditempa dengan kesungguhan. Di sisi lain, Ni Made Vina Ulan Maharani (19), mahasiswi D4 Bisnis Digital yang kini bersinar dengan brand kebaya "Kencana Dewi,” melihat passion sebagai kompas ajaib yang mampu menuntun hobi sederhana menjelma menjadi langkah bisnis yang menjanjikan.

Kisah Ika bermula dari sebuah titik kelam yang justru menjadi titik balik hidupnya. Di usia 9 tahun, pengalaman menjadi korban bullying tidak membuatnya terpuruk, melainkan mendorongnya menemukan pijakan dan pelarian di Public Karate Club (PKC) Sesetan, Denpasar. Seperti metamorfosis kupu-kupu, keputusan untuk belajar bela diri ini justru mengepakkan sayap prestasinya ke langit yang lebih tinggi.

Empat tahun berlatih di dojo (tempat latihan seni bela diri karate), bukan sekadar mengasah teknik bertarung, tetapi juga menempa mental baja dalam dirinya. Berkat kerendahan hati seorang juara, Ika mengakui bahwa niatnya semula hanyalah mencari cara melindungi diri. Takdir memiliki skenario yang lebih besar ketika para pelatih melihat bakat terpendam dalam dirinya. Sebelas tahun berselang, torehan prestasi demi prestasi ia ukir, dari panggung daerah hingga kancah internasional. Puncaknya, medali emas di Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa (PORSENIMA) Politeknik Negeri Malang menjadi bukti bahwa tekad bisa mengalahkan segala keterbatasan.

Berbeda haluan namun sama-sama menginspirasi, perjalanan Vina dimulai dari sebuah pencarian sederhana akan kebaya yang nyaman dikenakan. Pencarian ini justru membawanya menemukan panggilan hidup dalam dunia fashion. Berbekal semangat wirausaha yang mengalir dalam darahnya, Vina memulai langkah pertamanya melalui Instagram pada tahun 2016, tanpa tahu bahwa platform digital itu akan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar.

Keseriusan dan konsistensinya dalam mengelola bisnis membuahkan hasil yang mengagumkan. Selama rentang waktu enam tahun, tangan dingin Vina telah melahirkan tiga cabang toko kebaya dengan identitas brand yang kuat yaitu "Kencana", "Dewi Jaya Busana", dan "Kencana Dewi". Menariknya, nama "Kencana" yang terinspirasi dari lokasinya di dekat Garuda Wisnu Kencana (GWK), ternyata membawa keberuntungan tersendiri bagi perkembangan bisnisnya. Tak puas hanya menjadi perantara antara penjual dan konsumen, Vina mengambil langkah berani dengan terjun ke ranah produksi. Kini, ia mengendalikan setiap aspek bisnis dengan teliti, dari pemilihan bahan berkualitas hingga penciptaan motif-motif eksklusif yang mencerminkan keanggunan budaya Bali dalam balutan modernitas.

Di balik kisah kedua tokoh muda ini terdapat satu benang merah yang mempersatukan cerita mereka, yaitu keteguhan hati untuk bangkit ketika dunia seolah mengatakan "tidak mungkin". Meski menghadapi tantangan yang berbeda, baik Ika maupun Vina, mereka memiliki kesamaan fundamental dalam menolak keterbatasan mendefinisikan batas kemampuan mereka. Mereka justru membuktikan bahwa di balik setiap pintu yang tertutup, selalu ada jendela kesempatan yang bisa dibuka dengan kunci bernama kegigihan, mengubah setiap rintangan menjadi batu pijakan menuju kesuksesan yang lebih tinggi.

Benih kesuksesan tumbuh dari tanah keberanian dan siraman air kegigihan. Kisah Ika dan Vina membuktikan bahwa perjalanan menuju puncak impian tidak selalu mulus. Terkadang, kita harus memulai dari titik nol dengan penuh kerendahan hati. Ingatlah, dalam kebun kehidupan, setiap bunga memiliki waktu mekarnya sendiri. Maka, dengarkanlah bisikan hati, hargailah setiap tetes keringat, dan janganlah pernah takut untuk memulai dari bawah. Sebab, kesuksesan sejati bukan diukur dari seberapa tinggi kita melompat, melainkan seberapa teguh kita bertahan saat badai menerjang. Beranilah melangkah, jujurlah dalam berkarya dan fokuslah menapaki setiap jejak menuju puncak impian.

Daftar Komentar

Beri Komentar

*Email anda tidak akan kami tampilkan

UKM Jurnalistik @2022, All Right Reserved